Sistem Perekonomian Indonesia Saat
Ini Akan Menguatkan?
Perekonomian
Indonesia saat ini adalah menggunakan sistem ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi
ini bertumpu pada tiga pelaku ekonomi; pemerintah, produsen swasta dan
koperasi. Sejak diterapkannya sistem ekonomi ini pada tahun 1990an, Indonesia
pernah menyandang predikat sebagai “Macan Asia”. Hal ini karena disaat
perekonomian dunia sedang melemah, Indonesia mampu bertahan dengan angka pertumbuhan
ekonomi yang sangat significant. Indonesia mampu bertumbuh pada angka 7% tiap
tahun. Sangat mengagumkan bukan? Indonesia mampu membuat dunia kagum dengan
angka pertumbuhan yang sangat menakjubkan ini.
Sistem Perekonomian Indonesia Saat
Ini Bergantung Pada Keadaan Suatu Negara
Namun, angka
pertumbuhan ini sangatlah dipengaruhi oleh sistem. Jika sistemnya baik maka
angka pertumbuhannya pasti juga akan baik pula. Sistem adalah kesatuan dari
berbagai bagian yang padu. Akan gampang sekali rapuh jika satu faktor dari
dalam ataupun dari luar rusak atau tidak berfungsi. Seperti yang dialami pada
tahun 1997an dimana terjadi banyak demonstrasi didalam negeri. Banyaknya demostrasi
ini menyebabkan kemacetan dan kerusakan dimana-mana yang berujung pada
tersendatnya proses ekonomi selama berbulan-bulan. Sistem perekonomian
Indonesia saat ini nasih menggunakan sistem ekonomi Pancasila, namun hasilnya
sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Akar dari
demonstrasi itu adalah akibat dari adanya kenaikan harga minyak dunia. Indonesia
berencana mengurangi subsidi BBM. Masyarakat tidak menerima ini dan berontak
dengan jumlah pengunjukrasa yang semakin bertambah. Karena hal itulah makanya
Indonesia mengalami berbagai macam krisis dan terlilit berbagai hutang. Aksi-aksi
itu berakibat pada penurunan angka ekonomi Indonesia pada tahun 1997 menjadi
empat persen pertahun. Sistem perokonomian saat ini mulai mengalami kemacetan
karena masalah dalam negeri tersebut. Parahnya lagi pada akhir tahun 1998,
angka perekonomian Indonesia menurun sangat drastis mencapai -17,13% tiap
tahun.
Sistem Perekonomian Indonesia Saat
Ini dan Kedepannya
Sistem perekonomian
Indonesia pada saat ini sudah seikit membaik dari keterpurukannya. Pada tahun
2012 kemarin, angka perekonomian Indonesia menguat menjadi 6,3% per tahun. Ini cukup
membanggakan mengingat dulu kita pernah sangat terpuruk di angka minus. Semoga ditahun
mendatang Indonesia bisa meraih lagi julukan “Macan Asia” dengan sistem
perekonomian Indonesia saat ini. Dengan berbekal pelunasan ekonomi yang terpadu
dan sumber daya alam yang mendukung, Indonesia akan mampu meraih kembali
kejayaannya dalam bidang perekonomian.
Pada pertemuan
di Vladivostok, Rusia, yang dimulai dari tanggal 8 September dan selesai pada 9
September 2012 ini, Indonesia mendapat kepercayaan untuk menjadi ketua APEC
tahun 2013. Pemilihannya berdasarkan sistem voting. Jadi jelas bahwa kehadiran
Indonesia masih dilirik keberadaannya oleh masyarakat luar negeri dengan
mempercayakan kepengurusan APEC diketuai oleh Indonesia. Secara tidak langsung
dunia mengakui bahwa sistem perekonomian saat ini dapat bertahan dalam berbagai
kondisi dan mampu mengantarkan Indonesia kepada kemakmuran.
A. KEKUATAN
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tak henti disorot dunia. Setelah Bank Dunia memperkirakan
pertumbuhan 6,2 persen tahun ini, laporan Citi terbaru memprediksi lebih
fantastis.
Perekonomian Indonesia yang diukur dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diprediksi masuk 10 besar dunia pada 2025. Indonesia akan mengungguli dua kekuatan ekonomi Eropa, Prancis dan Inggris. Indonesia dinilai memiliki berbagai peluang di berbagai sektor untuk terus tumbuh.
Pemerintah Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 pun menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen tahun ini. Meski target tersebut cukup tinggi di tengah kondisi krisis global saat ini, pemerintah tak menyerah untuk menggenjot laju pertumbuhan ekonomi domestik itu.
Perekonomian Indonesia yang diukur dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diprediksi masuk 10 besar dunia pada 2025. Indonesia akan mengungguli dua kekuatan ekonomi Eropa, Prancis dan Inggris. Indonesia dinilai memiliki berbagai peluang di berbagai sektor untuk terus tumbuh.
Pemerintah Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 pun menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,8 persen tahun ini. Meski target tersebut cukup tinggi di tengah kondisi krisis global saat ini, pemerintah tak menyerah untuk menggenjot laju pertumbuhan ekonomi domestik itu.
B. KELEMAHAN
Menurut
Darmin, kondisi perekonomian dari sisi internal ini, diukur dari sisi inflasi
maupun kesempatan kerja. Di sini, nilai inflasi maupun kesempatan kerja
masyarakat Indonesia dinilai masih bagus.
Namun dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh neraca pembayaran yang masih belum stabil. "Pertumbuhan ekonomi tinggi itu selalu dibarengi oleh neraca pembayaran yang surplus. Kita belum mampu atasi itu," tambahnya.
Darmin menyebutkan, Indonesia harus bisa mencontoh China. Di negeri tirai bambu tersebut, mereka bisa bertahan selama 30 tahun terakhir tanpa mengalami kelemahan struktural karena China tidak memiliki kelemahan seperti Indonesia.
Menurut Darmin, ekonomi Indonesia masih mirip dengan India. Sebab, kedua negara ini juga sama-sama menerapkan pola ekonomi yang hampir sama. "Indonesia dan India itu sama, mereka juga repot, khususnya untuk keluar dari kelemahan ini," jelasnya.
Solusinya, kata Darmin, pemerintah harus segera menyelesaikan sumber kelemahan itu. Selama ini, masyarakat kita selalu fokus ke sektor primer, pertambangan dan industri. Namun sektor ini sebenarnya masih memerlukan bahan baku yang selalu impor. "Ini yang jadi persoalan," jelasnya.
Darmin menilai bahwa harus ada wirausaha lokal yang masuk di bisnis bahan baku, bahan penolong atau bahan modal yang khususnya bisa dipakai di industri dalam negeri. Sehingga akan mengurangi ketergantungan industri terhadap impor.
Solusi kedua, pemerintah dinilai masih terlambat dalam mengatur bahan bakar minyak (BBM). "Soal BBM, ini bukan soal pemakaian yang berlebih, tapi sebagian besar subsidi BBM justru digunakan oleh kelas menengah yang jumlahnya besar. Mereka yang pakai itu," katanya.
Namun dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh neraca pembayaran yang masih belum stabil. "Pertumbuhan ekonomi tinggi itu selalu dibarengi oleh neraca pembayaran yang surplus. Kita belum mampu atasi itu," tambahnya.
Darmin menyebutkan, Indonesia harus bisa mencontoh China. Di negeri tirai bambu tersebut, mereka bisa bertahan selama 30 tahun terakhir tanpa mengalami kelemahan struktural karena China tidak memiliki kelemahan seperti Indonesia.
Menurut Darmin, ekonomi Indonesia masih mirip dengan India. Sebab, kedua negara ini juga sama-sama menerapkan pola ekonomi yang hampir sama. "Indonesia dan India itu sama, mereka juga repot, khususnya untuk keluar dari kelemahan ini," jelasnya.
Solusinya, kata Darmin, pemerintah harus segera menyelesaikan sumber kelemahan itu. Selama ini, masyarakat kita selalu fokus ke sektor primer, pertambangan dan industri. Namun sektor ini sebenarnya masih memerlukan bahan baku yang selalu impor. "Ini yang jadi persoalan," jelasnya.
Darmin menilai bahwa harus ada wirausaha lokal yang masuk di bisnis bahan baku, bahan penolong atau bahan modal yang khususnya bisa dipakai di industri dalam negeri. Sehingga akan mengurangi ketergantungan industri terhadap impor.
Solusi kedua, pemerintah dinilai masih terlambat dalam mengatur bahan bakar minyak (BBM). "Soal BBM, ini bukan soal pemakaian yang berlebih, tapi sebagian besar subsidi BBM justru digunakan oleh kelas menengah yang jumlahnya besar. Mereka yang pakai itu," katanya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar